Cieee yang pada seneng skripsi udah bukan lagi syarat wajib kelulusan buat mahasiswa S1. Jadi gimana kesan-kesannya, Bro? Tapi jangan keburu seneng ya. Soalnya meski lo nggak perlu skripsi, tetep ada yang harus lo kerjain. Apakah itu? Gas yuk di bawah, kita kupas tuntas dari mulai alasan sampai konsekuensinya.
Kabar ini belakangan emang menghiasi timeline media sosial. Seperti biasa, ada yang pro dan ada juga yang menyayangkan. Meski gue yakin yang menyayangkan itu kebanyakan para alumni yang dulu sempet ngerasain serunya bikin skripsi, hahaha! Kabar ini pun langsung ditetapkan jadi aturan baru sama Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim. Jadi udah sah, Bro!
Dengan adanya aturan baru ini, syarat kelulusan diserahkan kepada setiap kepala program studi (kaprodi) pendidikan di perguruan tinggi tersebut. Detailnya pun udah ready lo baca dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) No.53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Rincinya ada di Beleid Pasal 18, bagian soal tugas atau proyek akhir yang ternyata juga bisa dilakukan secara berkelompok.
"Tugas akhir bisa berbentuk macam-macam, bisa berbentuk prototipe, proyek, bisa berbentuk lainnya, bukan hanya skripsi tesis dan disertasi. Keputusan ini ada di perguruan tinggi," kata Nadiem dalam diskusi Merdeka Belajar Episode 26: Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi, yang gue kutip dari Kompas. Hmm... bisa macam-macam ya. Kalo dalam bentuk lagu boleh nggak ya? Hehehe!
Nah, soal alasan atau latar belakang munculnya aturan ini, Pak Nadiem bilang kalo udah semestinya bentuk pembelajaran atau pendidikan di kampus relevan sama kebutuhan di dunia nyata. Makanya dia ngimbau banget ke tiap perguruan tinggi untuk mikirin hal ini. Jangan sampe mentang-mentang nggak pake skripsi, mahasiswa jadi lulus dengan mudah. Hasil pembelajaran harus dinilai dalam lingkup yang lebih luas, nggak cuma ke satu-dua topik sebagaimana layaknya skripsi.
“Pendidikan tinggi memiliki peran penting sebagai pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, persiapan SDM unggul, dan sebagai tulang punggung inovasi," kata Nadiem.
Di medsos, netizen ternyata cukup responsif sama alasan ini. Ada yang nyeletuk kalo skripsi yang mereka kerjakan dulu emang kerap nggak nyambung sama sekali sama dunia kerjanya sekarang. Makanya beberapa dari mereka ada yang setuju sama aturan ini, Bro. Tapi tetep ada juga ya yang skripsi sama kerjaannya sekarang sesuai, walaupun ya kayaknya harus dibuktiin sama data soal banyak nggaknya.
Terus, pertanyaannya, kenapa baru sekarang? Eiits, jangan terburu-buru menyimpulkan Tuan Fergoso! Penelitian terkait hal ini sebenernya udah diriset sejak lama. Usulannya sempet timbul tenggelam karena jumlah instansi pendidikan di Indonesia emang buanyak buanget, Bro. Cuma ya di era Nadiem inilah aturan baru soal skripsi bukan lagi sebagai syarat wajib kelulusan masuk dalam bagian program merdeka belajar. Di salah satu poin kesimpulannya, disebutin kalo untuk mengukur kompetensi mahasiswa enggak hanya lewat satu cara aja (skripsi), tapi bisa dengan cara lain.
"Ada berbagai macam prodi yang menunjukkan kompetensinya dengan cara lain. Misalnya vokasi, ini udah sangat jelas, kalau kita mau lihat kompetensi seorang dalam satu bidang yang technical apakah karya ilmiah adalah cara yang tepat untuk mengukur technical skill itu?" kata Nadiem. Hmmm, gimana menurut lo POV sang mantan Bos ojek online itu, Bro?
Balik lagi ke medsos. Gue perhatiin, ada juga yang nyeletuk kalo mahasiswa S1 nggak harus bikin skripsi untuk lulus itu bukan gagasan baru. "Perasaan udah dari dulu deh kalo skripsi itu nggak wajib. Gue lulus pake TA kok," kata salah seorang netizen.
Well, itu bener juga, Bro. Beberapa kampus, baik negeri maupun swasta, memang udah banyak yang memberlakukan aturan bahwa skripsi nggak bersifat wajib. Alih-alih skripsi, mahasiswa diwajibkan untuk bikin Tugas Akhir (TA) yang sebenarnya hampir mirip sama skripsi. So, poinnya adalah, apa yang Pemerintah lakukan sekarang itu sebenernya lebih ke mandatori resminya aja dan didukung sama peraturan undang-undang.
Dilansir dari CNN, Nadiem bilang kalo Standar Nasional Pendidikan Tinggi sebelumnya itu cenderung kaku dan rinci. Perguruan tinggi kurang bebas merancang proses dan bentuk pembelajaran sesuai kebutuhan keilmuan dan perkembangan teknologi. Dia juga ngeluhin kalo alokasi waktu jam belajar yang diatur hingga per menit per minggu dalam satu satuan kredit semester (sks) juga nggak relate lagi.
Hmm, apakah dalam waktu dekat akan ada aturan baru lagi terkait jam belajar di kampus? Kita liat aja nanti ya, Bro. Yang jelas untuk sekarang, baru soal aturan skripsi aja yang dikeluarin. Aturan ini pun baru berlaku untuk mahasiswa S1 atau D4 aja ya. Mahasiswa magister (S2) masih tetep wajib bikin tesis atau tugas akhir.
Anyway, itulah tadi pembahasan tuntas soal skripsi yang kini nggak wajib lagi. Gimana menurut lo? Seneng atau kecewa? Kalo lo dikasih kebebasan milih syarat kelulusan, apa usulan lo? Spill yuk di kolom komen.