THRIFTING, MENURUT LO MENDING DILARANG ATAU BOLEHIN AJA?

Topik thrifting lagi rame banget ya. Salah satu yang paling panas dibahas soal keberadaannya yang ngancem produk lokal. Tapi apakah cuma gara-gara itu thrifting mau dilarang di Indonesia? Kita diskusi yuk.

Pertama kita samain persepsi dulu. Secara harafiah, kata thrifting dalam bahasa Indonesia artinya hemat. Tapi konteks thrifting yang lagi rame diomongin saat ini mengacu pada pembelian barang-barang bekas import.

Nah, meski import, yang namanya barang bekas pasti beda dong harganya sama barang baru. Karena lebih murah itulah pembeli "dianggap" berhemat (thrifting). Sampe di sini kita nangkep ya konteksnya. So, let's talk about the issue.

Jadi, ceritanya trend thrifting ini makin merajalela di Indonesia. Toko-toko thrift yang biasa disebut thrift shop dengan segala nama uniknya makin menjamur, baik yang offline maupun online. Lalu terungkap tuh kalo angka limbah pakaian bekas di Indonesia ternyata makin melambung tinggi. Otomatis muncul deh anggapan bahwa thrifting punya andil besar sebagai penyumbang limbah pakaian. Isu terus berkembang hingga mengarah pada ancaman tergusurnya produk-produk lokal.

Semua pandangan ini tentu aja ada pro dan kontranya ya. Kita kupas satu-satu yuk.

1. Low Budget, High Quality

Siapa sih nggak tertarik sama barang bagus, bermerek, tapi harganya murah? Baju-baju bekas impor ini dijual mulai belasan sampai puluhan ribu rupiah doang. Hal inilah yang bikin anak muda banyak yang pro sama thrifting. Malahan dikutip dari BBC, ada survei dari Goodstats yang ngungkap kalo 49,4% anak muda pernah beli fesyen bekas dari hasil thrifting. Sisanya 34,5% ngaku belum pernah beli dan 16,1% ngaku nggak akan pernah nyoba beli. Btw lo termasuk yang mana?

2. Nggak Semua High Quality

Ini bener banget. Kalo lo ke thrift shop, Pasal 1 yang wajib lo lakukan adalah jangan buru-buru milih. Inget, semua ini adalah baju bekas. Ada yang kondisinya bener-bener masih bagus, sampai-sampai orang ngeliatnya kayak baru. Tapi ada juga yang keliatan kusamnya. Inilah yang bikin orang males thrifting. Tapi untungnya, udah banyak thrift shop yang memang nyeleksi banget barang-barang di tokonya.

3. Salah Beli = Auto Buang

Nah ini dia masalah yang lagi rame dibahas. Salah beli waktu lagi thrifting itu udah biasa banget. Masalahnya, ke manakah larinya si baju yang salah dibeli? Yup bener, kebanyakan jadi sampah, Bro. Alasannya simpel: bekas aja udah murah, apalagi yang rusak? Lebih nggak ada harganya lagi, kan? 

4. Limbah Baju Bekas

Gue lanjutin poin 3 di sini. Masih menurut BBC, pada 2020, ditemukan 6,1 ton limbah kain di lautan utara Jakarta. Jenis sampah kain ini ternyata mendominasi 81% dari total sampah lainnya. Artinya sampah kain sekarang udah jauh lebih banyak daripada sampah plastik, Bro! Terus apa kaitannya dengan thrifting dilarang?

Jadi menurut ahli, limbah kain dari produk domestik aja udah banyak banget. Eh ini malah ditambahin limbah dari impor. Apa nggak kasian lautan kita? Makanya, demi lingkungan, thrifting diimbau untuk dilarang. Maksudnya biar nggak nambah limbah kainnya.

5. Loh, Thrifting Justru Menyelamatkan Lingkungan?

Kampanye "jangan buang baju bekasmu" emang bener. Thrifting bisa dibilang punya tujuan bagus karena mendorong orang memanfaatkan baju bekas. Tapi ya maksud para ahli ini, baju bekasnya nggak harus impor, Bro. Belilah baju bekas yang lokal. Jadi maksimal niat untuk menyelamatkan lingkungannya.

Well, itulah tadi beberapa poin yang sampe sekarang masih jadi perdebatan antara yang pro dan kontra. Sekarang semuanya kembali ke diri lo masing-masing. 

Menurut gue, udah jadi hak lo untuk bebas beli pakaian. Kalo pun mau beli yang bekas ya pastiin udah pas sama lo jadi nggak terbuang cuma-cuma. Jangan sampe cuma karena murah, terus lo beli dalam jumlah banyak, tapi ujung-ujungnya nggak dipake.

Yuk lebih bijak lagi. Pilih pakaian yang memang bikin lo nyaman, bukan karena murah doang.