Rapper Muhammad Syaifullah atau yang lebih terkenal dengan nama Tuan Tigabelas baru aja ngerilis single baru berjudul "KING". Lagu ini dia bikin dan persembahkan khusus buat para seniman jalanan, terutama komunitas skena grafiti. Kayak apa lagunya? Gas langsung bahaslah yuk!
Untuk ngebahas single barunya, emang lebih afdol kalo lo udah liat video musiknya (MV). Di situ keliatan cukup jelas gimana lagu "KING" mencoba ngasih apresiasi buat para seniman yang dianggap berperan besar mengubah tembok-tembok kota yang kumuh jadi lebih berwarna. Nggak cuma itu, di video juga ditunjukin gimana seniman grafiti sebenernya selalu punya pesan di tiap karyanya. Jadi nggak cuma sekadar corat-coret tanpa makna, Bro.
“Jalanan adalah kanvas kosong, Kami datang dari sudut gorong2, Kolaborasi kami sikat gotong royong, Tak kan berhenti sampai nanti fajar menyongsong,” begitu salah satu penggalan lirik lagu “KING” yang ngasih kesan semangat baru buat para seniman jalanan.
Di bagian deskripsi channel YouTube Tuan Tigabelas juga di-spill kalo lagu ini emang bentuk apresiasi buat semua writters (penulis grafiti) dan adrenaline junkie. Lagu ini juga dipersembahkan buat mereka semua yang berani bergerak turun ke jalan, menyuarakan protes pada banyaknya tembok-tembok kota yang sebenernya udah usang tapi terkesan dibiarkan terbengkalai.
Terus menariknya lagi, kerangka dasar aransemen lagu ini ternyata pake suara asli kaleng-kaleng cat semprot yang biasa dipake seniman grafiti loh. Penasaran, kan? Makanya seperti gue bilang tadi, lebih enak kalo lo udah nonton video musiknya dulu yang emang udah bisa lo nikmatin via YouTube Tuan Tigabelas.
Single "King" ini sendiri merupakan hasil kolaborasinya Tuan Tigabelas dengan Diton King, merek cat semprot lokal yang udah mendunia. Lagu ini pun jadi soundtrack utamanya acara King Royal Pride 2023 yang merupakan event berkumpulnya seniman grafiti Indonesia dan mancanegara. "Lagu ini dibuat untuk membantu membangkitkan semangat baru di dalam komunitas skena graffiti, juga mempererat hubungan komunitas grafiti dari berbagai lingkungan," kata Tuan Tigabelas.
Well, kalo ngomongin soal grafiti, perkembangannya di Indonesia bisa dibilang emang seru loh. Kalo lo inget, grafiti dulunya cuma dianggap sebagai vandalisme sama sebagian besar masyarakat. Persis seperti yang dinyanyiin Tuan Tigabelas, para senimannya itu selalu harus ngumpet-ngumpet tiap kali beraksi. Mereka terpaksa melakukannya karena pandangan kalo grafiti pasti vandalisme.
Nah, untungnya, perlahan tapi pasti perlakuan masyarakat sama jenis seni ini mulai berubah. Jumlah komunitas grafiti, terutama di Jakarta dan Bandung, makin berani bermunculan. Malahan di periode 2000-2010, acara-acara bertema grafiti atau mural yang "resmi" dan bahkan ngelibatin pemerintah juga makin banyak. Puncaknya, seperti gue lansir dari Kompas, pada 2010-an grafiti mulai diakui sebagai bentuk seni jalanan yang masuk dalam pelajaran-pelajaran seni.
Cuma sayangnya, komunitas skena ini masih harus menghadapi kenyataan kalo sebagian masyarakat lainnya memang belum menganggap grafiti sebagai sebuah seni. Pelaku vandalisme yang merusak fasilitas publik dengan mengatasnamakan grafiti masih berkeliaran. Hal inilah yang menurut gue masih jadi PR besar buat kita semua. So, teruntuk lo yang emang punya jiwa seni grafiti, gabung aja sama komunitas-komunitas yang ada. Janganlah salah gaul dengan pelaku vandalisme yang justru ngerusak citra dari grafiti itu sendiri. Setuju? Kalo setuju, yuk dengerin dulu deh single barunya Tuan Tigabelas di platform favorit lo.