Ada pelajaran berharga nih dari peristiwa kebakaran Bukit Teletubbies di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kebakaran yang diduga dipicu oleh flare yang dipake salah satu pengunjung saat lagi foto prewedding akhirnya nimbulin efek domino yang panjang. Kita bahas yuk sekalian buat kebaikan ke depannya nanti.
Emang sih hari apes itu nggak ada di kalender. Tapi menurut gue, ini bukan soal apes atau nggak. Kejadian ini murni salah sih. Pertama, penggunaan flare jelas tidak pada tempat dan fungsinya. Kedua, penyalahgunaannya pun di Taman Nasional pula, yang jelas-jelas dilindungi dan mestinya dijaga baik-baik. Artinya, andaikan pemakaian flare tersebut berjalan sesuai rencana dan nggak terjadi kebakaran, tindakan itu tetep aja salah, Bro!
Mirisnya, tragedi yang viral tersebut terjadi sehari setelah kawasan dibuka usai kebakaran juga. Haduuuu....! Come on, Bro! Masa iya nggak ada ide lain buat bikin foto prewed yang keren sih. Well, buat yang ketinggalan beritanya, gue ceritain ulang deh ya.
Peristiwa ini terjadi pada Rabu sore, 6 September 2023, sekitar pukul 17.00 WIB. Sepasang calon pengantin yang berasal dari Surabaya menyewa Wedding Organizer (WO) untuk melakukan foto prewed. Manajernya AW yang berasal dari Lumajang ngajak 3 krunya yang berasal dari Sidoarjo dan Surabaya. AW nawarin konsep pake flare yang menurutnya bakal bikin foto jadi keliatan keren.
Ternyata, percikan dari flare diduga nyamber rumput kering di sekitarnya, Bro. Gue lansir dari Antara, ada relawan yang juga warga Tengger bernama Sismiko yang ngaku jadi saksi mata. Dia ngeliat yang dibuktiin sama video, kalo pelaku terkesan membiarkan saat apinya masih kecil. Duhhh, kalo kesaksian ini bener, kenapa mereka nggak padamin apinya dulu sebelum gede sih ya?
But, api tentu aja nggak bisa disuruh nunggu kelar foto prewed. Adanya angin bikin kebakaran meluas dengan cepat. Sampe Kamis siang, ratusan orang yang terdiri dari petugas TNBTS, TNI, Polri, BPBD Probolinggo, sampe 150-an relawan dan warga setempat bahu membahu memadamkan api.
"Saya sangat menyayangkan sekali. Ya, ini kan salah satu bagian dari ladang ekonomi masyarakat Tengger, terutama para pelaku wisata di sini. Kalau terjadi seperti ini tentu berdampak langsung pada pendapatan ekonomi yang tadinya mulai berdatangan wisatawan akhirnya berkurang lagi," sambung Sismiko.
Setuju! Buat lo yang pernah ke sana, pasti suka nemuin kan warga lokal yang berjualan semangka, gorengan, kopi, atau semacamnya? Suka nemuin juga kan warga lokal yang nawarin jasa porter barang ataupun sampah? Nah, bayaran dari usaha mereka itu nggak seberapa loh! Dan sekarang, kawasan terpaksa ditutup sampe waktu yang nggak bisa ditentukan alias sampe bener-bener semuanya kondusif untuk dibuka lagi.
Waktu tulisan ini dibuat, polisi menetapkan 1 dari 6 pengunjung yang terlibat prewedding jadi tersangka, sedangkan sisanya berstatus saksi. Pak Polisi sih bilang kalo nggak menutup kemungkinan kalo yang tadinya masih saksi bisa naik jadi tersangka juga seperti sang manajer, AW. Sesuai aturan yang ada, tersangka bisa kena ancaman hukuman pidana paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp1,5 miliar.
Tuh kan jadi banyak yang dirugikan. Warga rugi, banyak pihak repot, calon pengantin mungkin stres, WO juga auto lebih stress lagi, dan yang paling disayangkan tentu aja nasib dari Kawasan Gunung Bromo itu sendiri. Di medsos, seruan get well soon Bromo menghiasi timeline. Banyak juga yang mengasihani pelaku karena tentu aja dia nggak punya niat bikin kebakaran. Terus ada juga yang mempertanyakan kenapa pelaku bisa nggak ketauan bawa flare yang jelas dilarang.
Pak Polisi yang merupakan Kapolres Probolinggo AKBP Wisnu Wardana pun ngejelasin kalo ternyata setelah diperiksa semuanya itu nggak punya Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi), Bro. Haduhh, kok bisa ya! Padahal untuk naik ke kawasan seperti ini, semua tanpa kecuali harus punya izin ini, Bro.
Anyway, seperti gue sebutin di awal, ini adalah sebuah pelajaran berharga yang harus dipetik maknanya. Biar gimanapun, udah jadi tugas kita untuk merawat, melindungi, dan ngejaga alam sebaik mungkin. Jangan ditiru ya, Bro! Get Well Soon, Bromo!