Dear Gen Z, adakah di antara lo yang pernah atau sempet pake BlackBerry? Kayaknya sedikit ya? Atau malah nggak ada yang pernah sama sekali? Hahaha.
Biar gimanapun, sebelum Apple, Samsung, dan Xiaomi mendominasi, dulu ada satu produsen ponsel asal Kanada yang merajai pasar gadget, yaitu BlackBerry. Nah, baru-baru ini trailer film tentang BlackBerry dirilis. Generasi sebelum lo pada heboh tuh. Soalnya, banyak banget kenangan tentang hape ini.
Well, daripada kepo melanda dan lo roaming sendiri ngeliat orang-orang bahas masa lalunya sama BlackBerry, gue ceritain dikit deh soal film ini. Kalo dari trailernya sih kayaknya bagus.
Begitu trailer keluar, publik keliatan antusias menyambutnya. Ada yang bilang bakal jadi film teknologi paling dinanti. Ada juga yang bilang bakalan menyaingi film The Social Network. Pokoknya macem-macem deh.
Sang sutradara Matt Johnson, ngejelasin kalo film ini memang bercerita tentang perjalanan BlackBerry dari awal hingga jadi raksasa dunia. Kisah unik tentang inovasi, perangkat, dan kecanggihan teknologi Research in Motion (RIM) juga disinggung.
Yang menarik, nggak cuma masa keemasannya aja yang diangkat, tapi juga sampai kematiannya yang fenomenal. Matt bilang film ini akan seperti roller coaster, di mana RIM merevolusi cara kita berkomunikasi, tetapi gagal melihat potensi smartphone layar sentuh yang nggak perlu keyboard fisik.
Fyi, film ini dibuat berdasarkan buku tahun 2015 berjudul Losing the Signal: The Untold Story Behind the Extraordinary Rise and Spectacular Fall of BlackBerry, karya reporter Globe and Mail, Jacquie McNish dan Sean Silcoff. Di barisan cast, ada Jay Baruchel (“This Is The End,” “Knocked Up”) dan Glenn Howerton (“It's Always Sunny in Philadelphia,” “AP Bio”). Mereka didukung pemeran lainnya kayak Cary Elwes, Saul Rubinek, Rich Sommer, hingga Martin Donovan.
Ya, di kalangan anak muda Indonesia di rentang 2009-2012, ada kesan nggak gaul kalo nggak punya BB. Momen "Bro, bagi pin BB lo dong" jadi tren komunikasi di pergaulan. Bahkan semua variannya, mulai Curve, Storm, Bold, Torch, Onyx, dan lain-lain, laku semua. Orang-orang FOMO dan ngelirik hape ini.
BlackBerry sendiri sebenernya udah dibuat tahun 1984 oleh mahasiswa teknik bernama Mike Lazaridis dan Douglas Fregin. Awalnya, kalo gue lansir dari Time, BlackBerry atau RIM cuma konsultan bisnis. Terus tahun 1999, mereka launching deh tuh. Sepuluh tahun kemudian, pada 2009, BlackBerry menguasai 20 persen pangsa pasar dunia.
Sayangnya ya itu tadi, mereka kayaknya terlalu santai dan lengah sama perubahan zaman. Ketika muncul smartphone touchscreen, BB masih setia dengan keypad fisiknya yang berukuran kecil-kecil. Keypad ini padahal bikin layar jadi terkesan kecil dan nanggung, dan malah jadi mirip kalkulator dibanding hape. Berisik pula!
Udah gitu, keypadnya rentan rusak. Lo harus ekstra rajin ngebersihin celahnya supaya nggak cepet aus. Belum lagi yang varian pake trackball, duh itu lebih cepet lagi rusaknya. Buat foto-foto juga nggak bagus lagi.
Tapi ya tetep aja, penjualan BB jadi yang tertinggi saat itu. Alasannya simpel, semua orang make dan lo akan susah berkomunikasi kalo nggak punya BB. Itulah kenapa menurut gue, film ini layak ditonton. Selain bisa jadi tambahan pengetahuan, mungkin bisa jadi pelajaran juga buat lo yang nantinya mau terjun ke dunia bisnis.
Jadi tungguin aja ya. Film BlackBerry ini baru akan tayang pada Mei mendatang. Untuk premiernya sih udah pasti di Kanada. Nggak tau deh kalo di Indonesia. Semoga sih sampe sini, mengingat pengguna BB di Indonesia juga tinggi waktu itu.