Apa yang ditunggu-tunggu akhirnya terwujud. Tiga new school rapper Indonesia yang masuk fresh lineup PreachJa Records, Akara, Ardy Minaj, dan Wicigo Shawty bersatu bikin single bareng. Judulnya Bima Sakti. Lagunya unik parah! Kalo lo dengerin, kesannya tuh kayak dibawa bertualang antariksa keliling galaksi.
Ini gue nggak bermaksud lebay ya, tapi beat-nya itu memang terasa surealis. Ketiga rapper ngasih ikoniknya masing-masing dan ngehipnotis gitu. Minaj, misalnya. Rapper asal Jambi ini bertugas jadi pembuka lagu. Dia memulai trek dengan ngasih analogi yang ngebandingin perjalanan karier seseorang itu seperti petualangan ke Bima Sakti. Liriknya nunjukin kalo kita semua harus melesat tinggi dan bersinar terang seperti matahari.
Nah, buat nebelin suasana, Akara bernyanyi dengan suara sengau. Di bagian sini aransemennya langsung berubah dengan gabungan musik pop Sunda, dangdut Parahyangan, alt-rock Bandung, dan hip-hop new school era 2010-an. Akara banget ya, kan?
Terus pas mau akhir lagu, giliran Shawty yang bernyanyi dengan ciri khas sadboi-nya. Itu loh yang banyak pake kata-kata nakal. Ya gitu deh, Shawty kan memang terinspirasi vokal pop-punk yang deket banget sama synth-based era Pee Wee Gaskins tahun 2000-an. Ending-nya sendiri diakhiri sama Minaj dengan suatu chant yang bunyinya tuh: “Who can stop me/Who can stop me/Who can stop me/Who can stop me/You can never stop me”.
Wagelasih, lo wajib dengerin pokoknya. Soalnya baik Akara, Minaj, maupun Shawty bawain trek ini dengan penuh amarah dan energi, tapi dengan style-nya masing-masing. Ini tuh kayak ngegambarin bahwa setiap orang punya cara sendiri dalam mengejar ambisi dan cita-citanya di masa depan. Nggak heran sih, gabungan genre dan efek-efek vokal mereka langsung rame nih dibahas sama skena hip-hop Tanah Air. Fresh banget!
FYI, Bima Sakti ini jadi penutup rangkaian roster yang disebut Empat Apokalips. Kalo lo lupa, sebelumnya di awal tahun 2022, PreacJa Records ngerilis lagu bareng Laze berjudul "Simulasi Harta Takhta". Terus perusahaan rekaman yang berbasis di Jaksel ini juga ngeluarin dua lagu bareng Shawty berjudul "Sudah Ku Hafal" dan "Semua Hilang". Nah baru deh "Bima Sakti" jadi lagu keempat sekaligus penutup.
Khusus single "Semua Hilang" dari Shawty, gue ada cerita menarik nih. Lagu ini tuh sempat rame dibahas di medsos. Melodi dan distorsi gitar berkarakter metalnya banyak yang bilang mirip sama warna musiknya Playboi Carti. Terus lagu ini dibikin versi remix sama musisi hyperpop chusha. Eh sukses dong! Ya udah, makin terkenal deh "Semua Hilang". Malahan Shawty sama PreachJa sampe mutusin double-release dengan versi original dan versi myspace buat heartbreak single ini.
Selain twist di aransemen, liriknya juga relate sih sama kehidupan anak muda. Lagunya tuh tentang kisah cinta yang di ambang pupus karena krisis kepercayaan. Apa gara-gara ini ya Shawty dijuluki pionir subgenre emo-rap di Indonesia yang sering ngangkat kisah romansa patah hati? Hahaha!
Well, tadi intermezzo aja ya. Gue cuma mau bilang kalo Shawty ini, dengan persona emo dan pengaruh attitude youthful dari budaya fashion punk yang kental, udah ngasih corak baru pada skena musik hip-hop kontemporer. Apalagi dengan kehadirannya sebagai sosok hyper-sensitive softboi yang pengen hidup sesuka hati. Kayak relate gitu ya nggak sih.
Yang kaya gini-gini nih yang menurut gue patut kita dukung. Yuk dengerin karya-karya para rapper muda kita.
Oya, ComforteZone juga pernah ngobrol bareng sama Laze nih. Tonton ya di bawah. Biar dapet fresh insight tentang dunia musik hip hop, terutama di Indonesia. See u on next article! #DibawaNyaman aja.